(0362) 92301
092301
seririt@bulelengkab.go.id
Kecamatan Seririt

Pencegahan Stunting

Admin seririt | 25 April 2022 | 645 kali

Kekurangan gizi masa anak-anak selalu dihubungkan dengan kekurangan  vitamin  mineral  yang  spesifik dan berhubungan dengan mikronutrien maupun makronutrien tertentu. Beberapa tahun terakhir ini telah banyak penelitian mengenai dampak dari kekurangan intake zat gizi, dimulai dari meningkatnya risiko terhadap penyakit infeksi dan kematian yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan mental.

Masalah balita pendek (stunting) adalah masalah gizi dunia yang sedang dihadapi oleh negara-negara berkembang salah satunya adalah Indonesia. Pada tahun 2018 Kementerian Kesehatan melakukan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) tentang pravelensi stunting, berdasarkan penelitian tersebut angka stunting didapatkan sebesar 30,8%. Hal tersebut dapat menjadi indikasi bahwa pravelensi balita stunting di Indonesia masih tergolong tinggi dari ambang batas yang ditetapkan WHO yaitu 20%.

Masalah kurang gizi dan stunting merupakan dua masalah yang saling berhubungan. Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu yang cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi terutama pada seribu hari pertama kehidupan. Gangguan tumbuh kembang pada anak akibat kekurangan gizi bila tidak mendapatkan intervensi sejak dini akan berlanjut hingga dewasa. Balita pendek (stunting) dapat dilihat pada indikator status gizi berdasarkan indeks PB/U atau TB/U dimana dalam standard antropometri penilaian status gizi anak, status pengukuran tersebut berada pada ambang batas (<-2SD) sampai dengan (-3SD) yaitu pendek/ stunted dan (<-3SD) yaitu sangat pendek/severely stunded. Masalah stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan meningkatnya risiko kesakitan, kematian, dan hambatan pada pertumbuhan baik motorik maupun mental Anak yang mengalami stunting memiliki kemungkinan lebih besar tumbuh menjadi individu dewasa yang tidak sehat. Stunting pada anak juga berhubungan dengan peningkatan kerentanan anak terhadap penyakit, baik penyakit menular maupun Penyakit Tidak Menular (PTM) serta peningkatan risiko overweight dan obesitas. Keadaan overweight dan obesitas jangka panjang dapat meningkatkan risiko penyakit degeneratif. Kasus stunting pada anak dapat dijadikan predictor rendahnya kualitas sumber daya manusia suatu negara. Selain disebabkan oleh asupan gizi yang tidak adekuat, stunting juga dapat disebabkan karena beberapa faktor. Apa saja faktornya?

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sulistiyawati pada tahun 2018, berat badan lahir, panjang badan lahir, pola pemenuhan gizi, pengetahuan ibu tentang gizi, pola perawatan dan pendapatan perkapita merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian stunting balita. Penelitian lainnya menyebutkan bahwa faktor penyebab kejadian stunting terjadi sejak kehamilan akibat kekurangan nutrisi pada masa tersebut, inisiasi menyusui dini kurang dari satu jam kelahiran maupun tidak sama sekali, pemberian ASI terhenti 12 bulan, dan makanan yang diberikan tidak bervariasi dengan frekuensi dan tekstur yang tidak sesuai usia.

Stunting mulai terjadi pada masa pra-konsepsi yaitu pada masa dimana seorang remaja menjadi ibu yang kurang gizi dan anemia, hal tersebut bertambah parah ketika seorang ibu hamil kurang asupan gizi yang sesuai kebutuhan ditambah dengan sanitasi lingkungan yang kurang memadai. Pengetahuan ibu dalam pola asuh balita juga sangat mempengaruhi terjadinya stunting pada anak. Untuk itu pentingnya mencegah terjadinya stunting perlu dilakukan kerjasama multisectoral yang dilakukan pemerintah. Pencegahan stunting merupakan program nasional yang didasarkan pada dikeluarkannya PeraturanPresiden RI No. 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi. Upaya pemerintah dalam mencegah stunting telah dilakukan beberapa Kota dan Kabupaten salah satunya Kota Surabaya.

Dalam pencegahan stunting, bertepatan dengan Peringatan Hari Gizi Nasional, Kota Surabaya melaksanakan kegiatan yang mengusung tema “Bersama Wujudkan Surabaya EMAS (Eleminasi Masalah Stunting)”. Kegiatan ini melibatkan beberapa instansi di Kota Surabaya yang sama-sama berupaya memberikan edukasi kepada masyarakat khususnya ibu balita tentang bagaimana cara memberikan asupan gizi yang adekuat yang dirancang dalam menu sehat anak balita stunting. Selain itu peran serta aktif Tim Pendamping Keluarga dan ibu balita dalam menumbuhkan inovasi menu dengan menggunakan bahan pangan local juga menjadi perhatian. Asupan gizi pada balita stunting tidak hanya bisa didapat dari makanan mahal saja, loh…

Lalu apa saja sih bahan pangan yang dapat kita gunakan untuk bisa menambah asupan gizi bagi balita stunting? Bahan pangan yang dapat digunakan untuk membuat makanan lezat dan bergizi bagi balita stunting salah satunya adalah ikan lele dan telur ayam yang mudah dan murah untuk di dapatkan. Selain ikan lele dan telur ayam ada banyak pangan lokal yang dapat digunakan untuk membuat makanan bergizi dan lezat dengan harga terjangkau  yang  bisa kita dapatkan dari UMKM di Kota Surabaya.

Yuk bersama aksi cegah stunting, untuk Indonesia yang lebih sehat. Penurunan angka stunting dapat dilakukan apabila semua lapisan masyarakat dan Pemerintah saling berkolaborasi untuk meningkatkan asupan pangan dan gizi bagi balita. Cegah  Stunting, Siapa Takut?

Sumber : RSUD. dr. Mohamad Soewandhie-Surabaya