(0362) 92301
092301
seririt@bulelengkab.go.id
Kecamatan Seririt

MAKNA HARI RAYA NYEPI

Admin seririt | 13 Maret 2019 | 1462 kali

Menjelang Hari raya Nyepi, masyarakat Hindu menjalani sejumlah ritual khas yang pada hakikatnya merupakan upaya pensucian diri dan lingkungan sekitar. Pada 2-4 hari sebelum Nyepi, masyarakat menyucikan diri dan perangkat (raje duwe) persembahyangan di Merajan / Pura, melalui upacara Melasti. Sementara, satu hari sebelum Nyepi, dilakukan ritual Bhuta Yadnya. Bhuta Yadnya merupakan rangkaian upacara untuk menghalau kehadiran Bhuta Kala yang merupakan manifestasi unsur-unsur negatif dalam kehidupan manusia. Dalam rangkaian Bhuta Yadnya, terdapat tradisi pawai ogoh-ogoh yang membuat jadi festival tahunan yang semarak dan menjadi daya tarik pariwisata. Bhuta Yadnya terdiri dari dua tahapan, yaitu ritual mecaru (pecaruan) dan ngrupuk (pengerupukan). Mecaru merupakan upacara persembahan aneka sesajian (caru) kepada bhuta kala. Upacara ini dilakukan dari tingkatan keluarga, Desa/banjar, kecamatan, kabupaten/kota, hingga tingkat provinsi.

NGRUPUK adalah ritual berkeliling pemukiman sambil membuat bunyi-bunyian disertai penebaran nasi tawur dan menyebarkan asap dupa atau obor secara beramai-ramai. Ritual ngrupuk yang biasanya dilakukan bersamaan dengan arak-arakan ogoh-ogoh bertujuan agar bhuta kala beserta segala unsur negatif lainnya menjauh dan tidak mengganggu kehidupan umat manusia. Ogoh-ogoh merupakan boneka atau patung beraneka rupa yang menjadi simbolisasi unsur negatif, sifat buruk dan kejahatan yang ada sekeliling kehidupan manusia.Boneka tersebut dahulu terbuat dari kerangka bambu yang dilapisi kertas. Seiring waktu, kebanyakan ogoh-ogoh saat ini dibuat dengan bahan dasar styrofoam karena menghasilkan bentuk tiga dimensi yang lebih halus. Pembuatan ogoh-ogoh ini dapat berlangsung sejak berminggu-minggu sebelum Nyepi.

NYEPI adalah kembali ke titik nol dan mengajak kita untuk shanti, hening, damai, windu, kosong, sunia dengan mengajak kita ke Sunia Loka. Didalam suasana Nyepi kita diajak untuk mengaplikasikan keadaan mati semasih hidup. Dalam kematian tersebut ada 4 (empat) yang paling utama yang harus direalisasikan dalam hidup ini yakni:

1. Amati Geni yaitu : menahan amarah, ego, kebencian, dendam dan iri.

2. Amati Karya yaitu : tidak bekerja atau melaksanakan pekerjaan dalam satu hari penuh, melupakan uang sekala yang dibutuhkan badan, menambah uang niskala berupa karma untuk kebutuhan atman atau jiwa.

3. Amati Lelanguan yaitu : melupakan bersenang-senang, mencari hiburan, bahkan melupakan kebahagiaan, di dalam suasana hening.

4. Amati Lelungan yaitu : tidak melaksanakan bepergian dan tetap di rumah menumbuhkan "Padma Hredaya" dalam diri yaitu  sebagai bunga padma yang tidak terkotori oleh lumpur dan tidak terbasahi oleh air.

Nyepi juga mengajak kita untuk menghidupkan "Kesadaran Atman" dan melupakan "Kesadaran Badan" karna badan ini semua sangat mudah tergoda oleh berbagai jenis energi negatif kehidupan ini. Badan merupakan benda sementara yang akan lapuk dan hilang (Pralina), Nyepi mengajak kita memiliki badan kosong dengan menghilangkan (Pupus) dari Panca Maha Bhuta (Loba, Nafsu, Kroda, Moha) atau rakus, mabuk, iri hati dan dengki. Badan Atman adalah abadi yang akan "pulang" berbekal karma dan melanjutkan perjalanannya mengembara (Purnabawa).